(Dari kiri: Amri, Efendi, Aju, dan Zaka)
Lembaga
Kreativitas Seni Mahasiswa (LKSM) IAIN-SU menggelar pementasan teater pada
Senin (01/12) yang lalu. Pertunjukan yang berdurasi satu setengah jam ini cukup
sederhana namun menghibur. Meski dimainkan oleh anggota baru LKSM angkatan 11 yang
terdiri dari Aju (Petruk), Amri (Bagong), Zaka (Gareng), dan Effendi (Semar/Pak
Lurah), pertunjukan ini dapat menarik perhatian oleh 350 penonton yang
menyaksikan dengan penataan artistik yang sederhana sehingga mendukung suasana
pertunjukan menjadi lebih realita.. Penampilan Teater yang berjudul “WEK-WEK”
ini ditampilkan di AULA IAIN-SU Lantai II dalam dua sesi. Sesi I dimulai jam
10.00 wib dan sesi II dimulai jam 16.00 wib.
Diiringi
musik yang dimainkan oleh anggota divisi musik LKSM, terdiri dari: Sucipto (Seruling/gitar),
Ahyar (Jinbe), Icha (Vokal/Pianika) dan diiringi penari dengan berjudul “bebek”
yang dimainkan oleh divisi tari, beranggotakan: Sartika, Triyanda, Fachrunnisa,
dan Nurul Nanda, masuk mengawali acara
disambut dengan para pemain yang muncul berurutan disetiap adegan, mengenalkan setiap
karakter yang akan dimainkan. Dengan aksinya, setiap pemain menunjukkan
karakter lelucon yang kocak sehingga menimbulkan gelak tawa dari penonton.
Bermula
dari seorang pemuda Petruk yang harus bertanggungjawab atas bebek-bebek yang ia
pelihara kepada Bagong yang merupakan sang pemilik bebek. Gareng yang dikenal
dengan keahliannya sebagai Pokrol Bambu lihai bersilat lidah dan tipu menipu
menawarkan bantuan dan kerjasama pada Petruk untuk melawan Bagong dengan membisikkan
sesuatu kata-kata aneh.
Dalam
persidangan, Gareng sebagai pembela Petruk terus berdebat dengan Bagong,
sedangkan Petruk tidak bisa bicara normal, hanya bisa mengucapkan “wek-wek”. Akhirnya perdebatan
diputuskan oleh Pak Lurah (Semar) bahwa Bagong yang bersalah. Bagong diminta
membayar biaya penyembuhan pita suara Petruk seharga Rp 100.000,00 .
Lalu
Gareng dan Petruk membagi uang hasil kemenangan mereka. Selain uang Gareng
meminta bebek yang masih ada pada Petruk. Tapi ternyata diam-diam Petruk menipu
Gareng dan pergi berlalu. Kemudian berjumpa pak lurah dan mengatakan hal yang sebenarnya.
Pak lurah ternyata sudah mengetahuinya dan diakhir cerita ia berkata, “Saya sudah
menjadi lurah sejak awal sejarah…”. Lalu disambut riuh suara penonton bertepuk
tangan.
Garapan
dari sutradara Ardi Parmin ini merupakan komedi satire yang memberikan kritikan
dari realitas kehidupan yang ada. Dari naskah saduran Iwan Simatupang Karya
Anton Chekov ini, Ardi Parmin mengemasnya menjadi sebuah lakon humor yang
diharapkan dapat membuat penonton bercermin pada setiap karakter yang dimainkan,
“Saya membuat garapan itu sesuai dengan konsep ciri khas saya sendiri tapi
pesan harus tersampaikan”.ujarnya. Selaku senior, Ardi Parmin telah menunjukkan
dedikasinya membantu dan menggali potensi-potensi yang dimiliki adik-adik
juniornya dengan membuat pementasan-pementasan teater termasuk pementasan
WEK-WEK, “Kesulitan yang dihadapi hanya memoles pemain, karena mereka masih angkatan
baru, jadi basic mereka masih kurang tapi ada beberapa pemain yang
memang memainkan peran sesuai dengan keinginan saya dan saya harap
kegiatan-kegiatan ini harus terus dilanjutkan”.tambahnya.