Selasa, 16 Desember 2014

Lomba Baca Puisi Islami

Lomba Baca Puisi Islami 2014 yang diadakan HSBI (Himpunan Seniman dan Budayawan Indonesia) pada tanggal 16 desember 2014. LKSM yg diikuti oleh Nurul Edra Boru Cieboean bersama Triyulan Dari masuk dalam nominasi lomba dan Triyulan Dari mendapat peringkat juara 3
Triyulandari

Nurul Hidayah

Senin, 01 Desember 2014

TIPU DAYA BEBEK


(Dari kiri: Amri, Efendi, Aju, dan Zaka)

Lembaga Kreativitas Seni Mahasiswa (LKSM) IAIN-SU menggelar pementasan teater pada Senin (01/12) yang lalu. Pertunjukan yang berdurasi satu setengah jam ini cukup sederhana namun menghibur. Meski dimainkan oleh anggota baru LKSM angkatan 11 yang terdiri dari Aju (Petruk), Amri (Bagong), Zaka (Gareng), dan Effendi (Semar/Pak Lurah), pertunjukan ini dapat menarik perhatian oleh 350 penonton yang menyaksikan dengan penataan artistik yang sederhana sehingga mendukung suasana pertunjukan menjadi lebih realita.. Penampilan Teater yang berjudul “WEK-WEK” ini ditampilkan di AULA IAIN-SU Lantai II dalam dua sesi. Sesi I dimulai jam 10.00 wib dan sesi II dimulai jam 16.00 wib. 

Diiringi musik yang dimainkan oleh anggota divisi musik LKSM, terdiri dari: Sucipto (Seruling/gitar), Ahyar (Jinbe), Icha (Vokal/Pianika) dan diiringi penari dengan berjudul “bebek” yang dimainkan oleh divisi tari, beranggotakan: Sartika, Triyanda, Fachrunnisa, dan Nurul Nanda,  masuk mengawali acara disambut dengan para pemain yang muncul berurutan disetiap adegan, mengenalkan setiap karakter yang akan dimainkan. Dengan aksinya, setiap pemain menunjukkan karakter lelucon yang kocak sehingga menimbulkan gelak tawa dari penonton.

Bermula dari seorang pemuda Petruk yang harus bertanggungjawab atas bebek-bebek yang ia pelihara kepada Bagong yang merupakan sang pemilik bebek. Gareng yang dikenal dengan keahliannya sebagai Pokrol Bambu lihai bersilat lidah dan tipu menipu menawarkan bantuan dan kerjasama pada Petruk untuk melawan Bagong dengan membisikkan sesuatu kata-kata aneh.

Dalam persidangan, Gareng sebagai pembela Petruk terus berdebat dengan Bagong, sedangkan Petruk tidak bisa bicara normal, hanya bisa  mengucapkan “wek-wek”. Akhirnya perdebatan diputuskan oleh Pak Lurah (Semar) bahwa Bagong yang bersalah. Bagong diminta membayar biaya penyembuhan pita suara Petruk seharga Rp 100.000,00 .

Lalu Gareng dan Petruk membagi uang hasil kemenangan mereka. Selain uang Gareng meminta bebek yang masih ada pada Petruk. Tapi ternyata diam-diam Petruk menipu Gareng dan pergi berlalu. Kemudian berjumpa pak lurah dan mengatakan hal yang sebenarnya. Pak lurah ternyata sudah mengetahuinya dan diakhir cerita ia berkata, “Saya sudah menjadi lurah sejak awal sejarah…”. Lalu disambut riuh suara penonton bertepuk tangan.

Garapan dari sutradara Ardi Parmin ini merupakan komedi satire yang memberikan kritikan dari realitas kehidupan yang ada. Dari naskah saduran Iwan Simatupang Karya Anton Chekov ini, Ardi Parmin mengemasnya menjadi sebuah lakon humor yang diharapkan dapat membuat penonton bercermin pada setiap karakter yang dimainkan, “Saya membuat garapan itu sesuai dengan konsep ciri khas saya sendiri tapi pesan harus tersampaikan”.ujarnya. Selaku senior, Ardi Parmin telah menunjukkan dedikasinya membantu dan menggali potensi-potensi yang dimiliki adik-adik juniornya dengan membuat pementasan-pementasan teater termasuk pementasan WEK-WEK, “Kesulitan yang dihadapi hanya memoles pemain, karena mereka masih angkatan baru, jadi basic mereka masih kurang tapi ada beberapa pemain yang memang memainkan peran sesuai dengan keinginan saya dan saya harap kegiatan-kegiatan ini harus terus dilanjutkan”.tambahnya.





Kamis, 22 Mei 2014

MERIAHKAN ACARA WISUDA IAINSU, LKSM TAMPILKAN TARIAN BATAK





Ditengah berlangsungnya acara Wisuda Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara (IAIN-SU) Kamis lalu, untuk pertama kalinya Lembaga Kreatifitas Seni Mahasiswa (LKSM) IAIN-SU menunjukkan aksinya lewat penampilan perpaduan Tari Batak Pakpak Dairi dan Tari Batak Toba di gedung Aula Lt. II IAIN-SU.

Musik mulai dimainkan, para penari yang merupakan Mahasiswa IAIN-SU berjumlah 7 orang muncul dari bilik panggung mengenakan pakaian khas adat batak. Berbeda dari tarian biasanya, masing-masing penari menggunakan topi kerucut sembari membawa cawan.

Dengan percampuran musik daerah Batak Pakpak Dairi dan Batak Toba, terlihat para penari melakukan aksi tariannya dengan topi kerucut yang merupakan identitas Batak Pakpak Dairi. Selanjutnya, diiringi musik Batak Toba masing-masing penari melepaskan topi kerucutnya sehingga tampak ikat kepala yang merupakan ciri khas Batak pada umumnya dan para penari mulai memainkan cawan yang merupakan ciri khas Batak Toba. Para penari begitu menikmati alunan musik dan lihai memainkan cawan yang dibawa sehingga menarik perhatian para wisudawan didalam gedung Aula dan juga para orangtua/wali wisudawan yang menyaksikan melalui layar TV yang dipasang diluar gedung Aula IAIN-SU.

Penampilan ini merupakan penampilan awal bagi Lembaga Kreatifitas Seni Mahasiswa (LKSM) dalam acara wisuda IAIN-SU. Mulanya, para penari yang tergabung dalam LKSM ini hampir putus asa karena tidak ada kejelasan mengenai penampilan mereka. Mengingat tahun-tahun yang lalu setiap diadakannya acara wisuda, LKSM tidak pernah mendapat kesempatan untuk menunjukkan aksinya. Tapi kali ini, LKSM benar-benar diberi kesempatan untuk membuktikan aksinya dengan membawakan Tarian Tradisional Adat Batak, “Karena ini pertama kali kita dipercaya untuk tampil diacara resmi kampus, yang bahkan perdana menampilkan acara hiburan khususnya tari, jadi kami mau menampilkan yang terbaik aja. Kami pilih tarian yang benar-benar punya konsep, yang terbaik dan belum pernah kami tampilkan dimana-mana, karena wisuda itu acara yg sakral, begitu juga dengan kami yang ingin menampilkan tarian yang sakral juga,” ujar salah seorang penari bernama Fahrunnisa Lubis. Ditambah dengan semangat dan dukungan dari para senior khususnya Pelatih Tari LKSM Ferry Azzam, “Tentunya di acara wisuda berikutnya LKSM akan siap kembali menunjukkan aksinya” ujarnya.